Menyoal kenapa perempuan mau nikah saja, kalau capek kerja
Belakangan lagi rame banget konten video banyak nyebut independent women itu gaada. Perempuan dewasa pekerja atau single fighter juga mau dicintai, dirawat, dibantuin, dan ditimang-timang pasangan. (ditimang-timang nggak tuh?!) Kalau perempuan lagi buntu dihadang masalah hidup, kadang ada celetukan gini, ’’Capek ah, mending nikah saja,’’ Kenapa nikah sering banget disebut sebagai exit plan waktu sumpek jalanin hidup? Emang abis nikah seolah-olah semua masalah dihapus dari memori otak kita? Atau masalah sebelumnya jadi nggak ada apa-apanya karena dateng masalah baru?
Mungkin celetukan ’’pengin nikah saja,’’ adalah respon purba manusia. Di masa nenek moyang kita sewaktu zaman batu, ada pembagian tugas berbasis gender di antara masyarakat. Men the hunter dan women the gatherer. Laki-laki bertugas berburu cari makanan, sedangkan perempuan tugasnya ngumpulin hasil buruan. Laki-laki bertugas kerja di tempat jauh dan ngelakuin hal berbahaya, sedangkan perempuan menjaga rumah dan ngurus anak-anak mereka. Dari tugas keduanya laki-laki cenderung lihai menciptakan alat dan senjata biar bisa dipakai bertahan hidup dari serangan hewan buas. Perempuan juga lihai menemukan banyak bahan makanan yang aman dikonsumsi buat sekeluarga. Keduanya saling kerja sama biar bisa terus bertahan hidup. Dari sudut pandang perempuan keliatannya enak juga ya, di rumah nungguin pasangan bawain sekeranjang umbi-umbian buat dimasak. Tapi, perempuan juga perlu mastiin bahan makanan ini beracun atau nggak, dengan cara apa? Bisa jadi dicobain, atau diamati dari karakteristik tanamannya. See, ngamatin juga perlu ilmu. Meskipun nggak ada sosialisasi bareng ibu-ibu PKK.
Sebetulnya nggak ada yang aneh dari keinginan seseorang buat menikah. Tapi, menjadikan menikah sebagai pelarian itu salah. Bercita-cita nitipin beban hidup sama suami atau pasangan itu rasanya fana. Setiap individu bertanggung jawab buat hidupnya sendiri. Malah di masyarakat, selepas menikah perempuan jadi punya waiting list kerjaan nggak habis-habis udah kayak kereta uap.
Wahai kaum hawa kalau lagi capek kerja, sumpek ngadepin hidup, pusing dan buntu, mendingan rehat dulu. Reach out sama orang-orang yang disayang, pergi ke tempat jauh, nyobain naik transportasi umum, nongkrong di cafe, atau nyoba nekunin hobi. Nenggak double shots espresso sebetulnya nggak langsung bikin masalah selesai kayak disulap tongkat bunda peri. Tapi, setidak-tidaknya pikiran jadi jauh lebih tenang dan bisa sat-set cari solusinya. Selama masih hidup di dunia kan manusia selalu bergelimang masalah. Sudah disampaikan Allah Swt. di surah al-Balad ayat keempat yang artinya, “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah.” Ini yang bilang Allah lho, Tuhan yang nyiptain manusia sejagad raya. Jadi, Tuhan mau kita jadi hamba yang selalu minta diberi kemudahan dan kekuatan cuma sama Dia saja. Bukan sama mas-mas jawa idaman ibumu apalagi dia yang dengan sengaja ninggalin kamu.
Komentar
Posting Komentar