review ''The Kite Runner'', wujud nyata kesetiaan
Novel ini
menceritakan kisah persahabatan Amir dan Hassan yang tinggal di Afghanistan.
Tanah yang subur dengan beragam buah-buahan dan sinar matahari yang hangat.
Kehidupan Amir, si tokoh utama terbagi menjadi empat babak, yaitu masa pra
revolusi, invasi Rusia diawali dengan kepindahannya ke Amerika, perjuangan
bertahan hidup di negara adidaya, dan penebusan dosa masa lalu Amir yang penuh
kesulitan. Mengingat novel ini diterbitkan tahun 2003 dan baru dibaca di tahun
2024, artinya udah 21 tahun diterjemahin. Hebatnya, proses alih bahasanya
berjalan baik banget karena jarang nemu kalimat terjemahan yang miss. Unsur
budaya, istilah khas Afghanistan, serta julukan-julukan yang mashyur masih
dipertahankan oleh penerjemah.
Di dunia kecil
yang dibuat penulis aku jadi tahu bahwa Afghanistan adalah tanah yang diberkahi
dengan lahirnya penyair Jalaluddin Rumi dan Imam Abu Hanifah. Maka kesusastraan
mengakar pada rakyat Afghanistan terdahulu. Suku yang hidup di Afghanistan ada
etnis Pasthun yang berjumlah 40% dari total populasi, etnis Tajik yang menjadi
dominasi kedua di Afghanistan sebanyak 27%, etnis Uzbek dengan 10% populasi,
dan yang terakhir etnis Hazara yang juga berjumlah 10% saja. Etnis Pasthun yang
saat ini adalah orang-orang Taliban sejak dulu ngelakuin diskriminasi sama
etnis Hazara, bahkan sampai ngelakuin pembantaian salah satunya karena mereka
kebanyakan menganut Syiah. Perpecahan ini udah ada dari sebelum pendudukan
Rusia.
Pasca pendudukan
Taliban di Afghanistan, hidup warganya nggak akan sama lagi. Para pria dibunuh
di lapangan dan menjadi santapan anjing. Para perempuan tidak diizinkan
beraktivitas di ruang publik hingga kesulitan memberi makan anak-anak mereka.
Kemiskinan, kegelisahan, lapar, dan aura putus asa jadi makanan sehari-hari. Beberapa
penduduk masih bisa bertahan hidup karena nanem opium, tapi berisiko dihancurin
sama Taliban kalau ketahuan. Kaum Borjuis bisa kabur dari Afghanistan dan
ngungsi ke negara lain. Hal yang nggak akan pernah bisa dilakuin sama mereka
yang buat makan aja susah.
Ada beberapa kutipan kalimat yang aku suka dari novel ini:
1. Tuhan telah menganugerahi bakat istimewa padamu. tugasmu saat ini adalah mengasah bakatmu karena orang-orang yang menyia-nyiakan bakat pemberian Tuhan sama saja dengan seekor keledai.
2. Kata orang mata adalah jendela jiwa.
3. Tapi waktu sungguh serakah-kadang-kadang ia mencuri semua detail tanpa menyisakan apa pun.
4. Ada jalan untuk kembali menuju kebaikan.
Komentar
Posting Komentar