Merawat Duka Lewat Lagu "Gala Bunga Matahari"
Kamu pasti pernah dengar lagunya Sal Priadi yang
berjudul “Gala Bunga Matahari”. Konon lagu ini ditulis sang penyanyi untuk
merayakan duka kehilangan ayahnya dan orang-orang terdekat yang sudah pergi
lebih dulu. Topik tentang merelakan atas kehilangan orang tersayang
rasa-rasanya harus lebih banyak diangkat dalam banyak karya. Sebab, sejak kecil
kita selalu dipersiapkan menyambut hal baik, merayakan pencapaian, serta
menerima hadiah dengan sukacita. Selayaknya siang dan malam, pertemuan akan
sepaket hadir bersama perpisahan. Tiba-tiba ditinggalin itu rasanya kayak diterjang
air bah dari segala sisi. Sesak. Susah napas. Dan kita semua pasti pernah ngerasain
duka meski cuma sekali.
Elizabeth Kubler Ross dalam teorinya stages of grief membagi duka dalam lima fase. Pertama, denial atau penyangkalan. Umumnya kita menolak percaya bahwa seseorang yang kita sayangi sudah pergi, wafat, dan nggak bisa bareng-bareng lagi. Kedua, anger atau kemarahan. Seringkali kita menyalahkan diri sendiri karena kurang berusaha, marah kepada Tuhan kenapa harus dia yang pergi. Ketiga, bargaining atau tawar-menawar. Rasa bersalah yang muncul bikin kita nawarin diri untuk dikorbankan karena berharap ada jawaban dan alternatif lain selain kehilangan. Keempat, depression atau perasaan sedih berkepanjangan karena merasa dunia sangat tidak nyaman dan menyesakkan. Kelima, acceptance atau penerimaan. Meski masih sedih, kita jadi lebih lega dan tabah.
Source: Pinterest
Bagian awal lagu "Gala Bunga Matahari", duka kita berada di fase bargaining,
mempertanyakan apakah dia yang kita udah lupa suaranya, wangi tubuhnya, riang
tawanya, dan garis senyumnya berkenan mampir untuk jenguk kita yang sedang
jatuh bangun membereskan kerepotan di dunia. Ada yang pernah bilang, kalau orang yang
sudah wafat akan terus ada di dekat kita menjelma jadi kekuatan, kebaikan, dan
kebijaksanaan. Dan dalam lirik ini diwujudkan sebagai bunga matahari. Secara
simbolis bunga matahari bermakna keberanian, cinta, dan kehidupan yang baik. Maka,
meski kita tau secara jasad orang yang kita sayang udah melebur di dalam tanah,
namun nilai hidup yang diajarin akan terus jadi lentera.
Kehidupan yang sedang kita jalani di dunia adalah pemberhentian sementara
untuk bertemu dan berkumpul kembali dengan orang-orang yang sudah berangkat
lebih dulu. Dari lirik bagian ini, kita diajak buat melepas dan ikhlas. Ikhlas terhadap sesuatu bukan
artinya ngelupain sepenuhnya. Ikhlas itu kayak parut luka: ada, keliatan, tapi
pas dipegang ga perih. Dan ikhlas juga artinya menerima, bahwa sakitnya
kehilangan akan selalu ada dan jelas dalam ingatan. Tapi, ia nggak lagi
berkuasa atas diri kita sekarang. Saat waktunya tiba, kita akan merayakan
pertemuan dengan-Nya dan mendapat jawaban atas semua pertanyaan kita di dunia. Mudah-mudahan kita pulang pada Allah sebagai jiwa-jiwa yang tenang karena telah
genap menjalankan peran sebagai manusia sebaik-baiknya. Amin.
Komentar
Posting Komentar