Merawat Duka Lewat Lagu "Gala Bunga Matahari"

 

Instagram Sal Priadi

Kamu pasti pernah dengar lagunya Sal Priadi yang berjudul “Gala Bunga Matahari”. Konon lagu ini ditulis sang penyanyi untuk merayakan duka kehilangan ayahnya dan orang-orang terdekat yang sudah pergi lebih dulu. Topik tentang merelakan atas kehilangan orang tersayang rasa-rasanya harus lebih banyak diangkat dalam banyak karya. Sebab, sejak kecil kita selalu dipersiapkan menyambut hal baik, merayakan pencapaian, serta menerima hadiah dengan sukacita. Selayaknya siang dan malam, pertemuan akan sepaket hadir bersama perpisahan. Tiba-tiba ditinggalin itu rasanya kayak diterjang air bah dari segala sisi. Sesak. Susah napas. Dan kita semua pasti pernah ngerasain duka meski cuma sekali.


Source: Pinterest


Elizabeth Kubler Ross dalam teorinya stages of grief membagi duka dalam lima fase. Pertama, denial atau penyangkalan. Umumnya kita menolak percaya bahwa seseorang yang kita sayangi sudah pergi, wafat, dan nggak bisa bareng-bareng lagi. Kedua, anger atau kemarahan. Seringkali kita menyalahkan diri sendiri karena kurang berusaha, marah kepada Tuhan kenapa harus dia yang  pergi. Ketiga, bargaining atau tawar-menawar. Rasa bersalah yang muncul bikin kita nawarin diri untuk dikorbankan karena berharap ada jawaban dan alternatif lain selain kehilangan. Keempat, depression atau perasaan sedih berkepanjangan karena merasa dunia sangat tidak nyaman dan menyesakkan. Kelima, acceptance atau penerimaan. Meski masih sedih, kita jadi lebih lega dan tabah. 

                                                        Source: Pinterest

Mungkinkah, mungkinkahMungkinkah kau mampir hari ini?Bila tidak mirip kauJadilah bunga matahari
Yang tiba-tiba mekar di tamanMeski bicara dengan bahasa tumbuhanCeritakan padakuBagaimana tempat tinggalmu yang baru
Adakah sungai-sungai itu benar-benarDilintasi dengan air susu?Juga badanmu tak sakit-sakit lagiKau dan orang-orang di sana muda lagi

    Bagian awal lagu "Gala Bunga Matahari", duka kita berada di fase bargaining, mempertanyakan apakah dia yang kita udah lupa suaranya, wangi tubuhnya, riang tawanya, dan garis senyumnya berkenan mampir untuk jenguk kita yang sedang jatuh bangun membereskan kerepotan di dunia. Ada yang pernah bilang, kalau orang yang sudah wafat akan terus ada di dekat kita menjelma jadi kekuatan, kebaikan, dan kebijaksanaan. Dan dalam lirik ini diwujudkan sebagai bunga matahari. Secara simbolis bunga matahari bermakna keberanian, cinta, dan kehidupan yang baik. Maka, meski kita tau secara jasad orang yang kita sayang udah melebur di dalam tanah, namun nilai hidup yang diajarin akan terus jadi lentera. 


Mungkinkah, mungkinkahMungkinkah kau mampir hari ini?Bila tidak sekarangJanji kita pasti 'kan bertemu lagi

    Kehidupan yang sedang kita jalani di dunia adalah pemberhentian sementara untuk bertemu dan berkumpul kembali dengan orang-orang yang sudah berangkat lebih dulu. Dari lirik bagian ini, kita diajak buat melepas dan ikhlas. Ikhlas terhadap sesuatu bukan artinya ngelupain sepenuhnya. Ikhlas itu kayak parut luka: ada, keliatan, tapi pas dipegang ga perih. Dan ikhlas juga artinya menerima, bahwa sakitnya kehilangan akan selalu ada dan jelas dalam ingatan. Tapi, ia nggak lagi berkuasa atas diri kita sekarang. Saat waktunya tiba, kita akan merayakan pertemuan dengan-Nya dan mendapat jawaban atas semua pertanyaan kita di dunia. Mudah-mudahan kita pulang pada Allah sebagai jiwa-jiwa yang tenang karena telah genap menjalankan peran sebagai manusia sebaik-baiknya. Amin.

Komentar

Postingan Populer