HIDUP SETELAH KEHILANGAN BERSAMA BUKU "SEORANG PRIA YANG MELALUI DUKA DENGAN MENCUCI PIRING"

 


"Sudah relakan saja, jangan ditangisi nanti jalannya gelap,"

Ucap seorang pelayat berusaha menghibur orang yang baru saja ditinggal wafat orang tersayangnya. Rasanya kesedihan seperti membebani orang yang sudah pergi. 

Gimana ya cara nyampein rasa duka tanpa mengecilkan kesedihan orang-orang yang ditinggal? Apakah duka itu ada masa kedaluarsanya? 

Nah, dalam buku ini perasaan duka dikupas tuntas sehingga meringankan pundak kita sebagai anggota Klub Berduka Newbie!



Dokumen Pribadi

Buku ini ditulis oleh seorang dokter ahli kejiwaan bernama Andreas Kurniawan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Beliau memiliki ketertarikan dalam bidang Psikoterapi dan Behavioral Sciences. Pasca kehilangan putranya bernama Hiro Ganesha Kurniawan yang menderita penyakit Moebius Syndrome, yaitu kondisi langka yang memengaruhi ekspresi wajah dan gerakan mata. Semasa hidupnya, Hiro juga kesulitan menelan dan terlahir spesial karena tangan kanannya tidak memiliki jari seperti tangan Doraemon. Dr. Andreas menulis buku ini sebagai salah satu cara untuk sembuh atas kehilangan buah hati. Sebagai dokter ahli kejiwaan  dr. Andreas tentu mempunyai bekal keilmuan serta senjata ampuh melalui duka. Ternyata, berilmu dan mengalami langsung adalah dua hal yang berbeda.

Gaya penulisan dr. Andreas yang mudah dicerna karena ditulis dengan bahasa sehari-hari yang diselipi dark jokes berhasil mengajak pembaca menyelami alur pikir penulis dengan mudah. Penulis mengajak kita untuk tidak membandingkan kesedihan setiap individu dan menvalidasi semua rasa yang datang. Kematian selalu bermuatan kesedihan. Matinya hewan piaraan sama sedihnya dengan wafatnya anggota keluarga. Sebab, duka adalah kegigihan manusia mempertahankan cinta. Duka termasuk wajah lain dari cinta. Manusia berupaya untuk mempertahankan objek yang ia cintai dengan memakamkan, memasang batu nisan, memajang foto di ruang tamu, serta memperingati hari wafatnya agar selalu merasa terhubung. Seperti Carl Fredricksen di film Up yang berjuang setengah mati membawa rumahnya sampai Paradise Falls. Ia rela menerjang badai, bertemu orang jahat, tersesat di dalam hutan untuk mewujudkan keinginan istrinya, Ellie untuk berpetualang. 

Di sebuah bab dalam buku ini, dr. Andreas memberi kita opsi untuk menyamakan duka dengan mencuci piring. Lalu, apa hubungannya berduka dengan kegiatan rumah tangga itu?

Begini begini, mencuci piring termasuk dalam list kegiatan paling menyebalkan setelah makan-makan. Bahkan pada tahun 1880-an mesin cuci piring sudah ditemukan di Amerika Serikat.  Sayangnya, kita yang masih memasak dengan bahan bakar gas melon belum bisa menjangkau mesin tersebut. Sama seperti berduka, keduanya harus dilalui manusia dalam fase kehidupannya. 


Dr. Andreas menceritakan perayaan duka versinya dengan sangat runut dan teknis. Sehingga pembaca diposisikan sebagai orang ketiga dalam cerita dan dipersilakan turut bergabung bahkan saat detik-detik terakhir Hiro terbang menuju surga bertemu dengan Opa. Jika ada ungkapan bahwa ada orang yang sudah wafat dan dapat menghidupi orang-orang sekitarnya, maka Hiro adalah salah satunya. Hiro memang sudah pergi duluan meninggalkan kita, tapi cinta dan ketabahan yang dimiliki orang tuanya mampu menghidupkan asa orang-orang yang juga ditinggal wafat oleh yang terkasih.

Buku ini cocok dibaca untuk kamu yang merasa duniamu berhenti bersamaan dengan perginya orang tua, kakak/adik, saudara, serta sahabatmu. Sejatinya, mereka tetap ada selama kita terus usaha mengingatnya. Hiduplah sebaik-baiknya karena itu yang mereka inginkan! Hiduplah dengan baik agar kita dapat bercerita kepada mereka dengan riang gembira!🌻

Komentar

Postingan Populer