Review Film Jumbo: Surga Kecil di Kampung Seruni

 

Dokumentasi: Visinema Studio

Judul: Jumbo

Sutradara: Ryan Adriandhy

Penulis Skenario: Ryan Adriandhy

Widya Arifianti

Animator: Visinema Animation

Tahun Rilis: April, 2025

Genre: Petualangan, drama.

Film ini merupakan animasi menceritakan petualangan Don, seorang anak laki-laki yang berkeinginan ikut ajang adu bakat dalam Festival Kampung Seruni. Don bersahabat dekat dengan Mae dan Nurman bertekad menunjukkan bakat kepada teman-teman yang seringkali mengejeknya sebagai Jumbo. Ia ingin menampilkan lagu dari buku cerita peninggalan kedua orang tuanya. Gawat! Buku cerita Don dicuri. Apa yang harus ia lakukan agar tetap bisa tampil?

Film yang berdurasi 1 jam 42 menit menyajikan tema yang dekat dengan kita, yaitu family value. Penulis dengan sangat halus menyisipkan tema utama melalui perjalanan karakter Don, yang awalnya melihat dunia dengan kehendaknya sendiri. Ia menganggap segala kesulitan yang dialami dalam keseharian karena ia anak yang tidak kompeten. Dalam cerita ini, Don bergerak dari egosentris menjadi anak yang lebih mau mendengar dan berempati kepada ketiga temannya, Meri, Mae, dan Nurman.


Dokumentasi: Visinema Studio

Selain itu, ada banyak sekali tema pendukung yang dibahas dalam film ini. Beberapa tema yang disorot ialah isu sosial soal semakin berkurangnya lahan hijau, pentingnya kesehatan mental agar tidak menyakiti orang lain, dan persahabatan yang solid dan saling mendukung.

Visinema seperti memang menunjukkan keseriusan dalam menggarap Jumbo sehingga para pengisi suara bertaburan aktor-aktor professional bahkan dalam peran yang dipandang kecil sekalipun. Ketiga karakter ini diperankan oleh Angga Dwimas Sasongko sebagai kambing Nurman yang berukuran kecil (Mbek), Chicco Jerikho sebagai kambing cokelat berambut putih (Mbeek), dan Ganindar Bimo sebagai kami poni berwarna biru kehijauan (Mbeeek). Uniknya, para pemeran cilik, seperti Don dan kawan-kawannya baru saja debut dalam film ini. Namun, kemahiran peran dan penghayatan amat baik. 

Animasi dan sinematografi film ini sangat memanjakan mata penonton. Semua detail-detail kecil seperti bayangan tokoh, properti  pendukung seperti bingkai foto, tekstur dinding, corak kayu, digambar dengan sangat cermat, hingga tokoh utama pun berganti baju setiap ganti hari.

Setelah kurang lebih sepekan tayang, soundtrack Jumbo berjudul “Selalu Ada di Nadimu” sudah didengar kurang lebih 3 juta pengguna Youtube. Hadirnya media sosial juga turut meramaikan unggahan dengan lagu tersebut. Lagu ini bukan viral tanpa alasan, lirik yang ditulis oleh Laleilmanino terasa begitu menyentuh hati berisi pesan orang tua kepada anak untuk selalu kuat menghadapi gemuruh badai kehidupan.  Dilanjut oleh cover Maliq & D'Essentials lagu berjudul “Kumpul Bocah” milik Vina Panduwinata memberikan aura semarak khas anak-anak.

Dialog pada film ini terasa natural seperti percakapan sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh penonton cilik, tak lupa dibumbui dengan humor ringan. Meski endingnya bisa ditebak, tapi film ini tetap menyimpan plot twist yang memancing rasa penasaran penonton. Alurnya tidak terlalu cepat, sehingga penonton cilik juga dapat memahami jalan cerita perlahan dan merasakan emosi dalam setiap adegan. Alur cerita film ini cukup menarik, sayangnya bagian asal-usul Merry dan keluarganya terasa kurang dijelaskan secara mendalam sehingga menimbulkan sedikit pertanyaan.

Pesan yang universal dari orang tua Don mengingatkan kita bahwa meskipun orang tua atau orang tersayang kita sudah berpulang mereka hadir dan menemani kita dalam wujud lain, yaitu legacy. Warisan tidak hanya sebidang tanah, tumpukan uang di rekening bank, atau kendaraan di garasi. Seperti Don yang diwarisi buku cerita dengan harapan saat bersedih ia bisa kembali kuat setelah membacanya. Warisan terbaik salah satunya nilai hidup yang harus dipegang erat untuk membantu yang masih hidup kembali percaya bahwa kesulitan selalu bisa dilawan dengan hati yang lapang. Kemudian, doa-doa yang kita kirimkan kepada orang tua atau orang tua tersayang adalah hadiah terbaik bagi mereka. Di scene perpisahan Don dengan kedua orang tuanya menyiratkan pesan, berjanjilah untuk melakukan yang terbaik dalam tiap peran di dunia. Tidak ada peran yang kecil.  


Dokumentasi: Visinema Studio
                

Film ini layak ditonton untuk semua umur. Bagi anak-anak, film ini bagai angin segar yang memberi harapan akan ada banyak tontonan anak-anak yang mendidik. Bagi orang dewasa, di tengah tekanan pekerjaan dan cobaan hidup ada dunia hangat dan sederhana yang menyambutmu pulang. Bagi orang tua, film ini bisa dijadikan titik balik menata ulang prioritas dalam hidup selain menumpuk harta. Selamat menonton! Jika kamu menemukan sudut pandang lain dalam film Jumbo, jangan ragu untuk tuliskan di kolom komentar, yaa!


Komentar

Postingan Populer