KEGAGALAN, PERAN, DAN WARISAN -- HAL REMEH YANG KUTEMUI DALAM SEPEKAN
- Dua Wajah Pusat Peradaban
![]() |
Amine Mayoufi di Unsplash |
Di balik prestigenya Kairo sebagai negeri para ulama sejak ribuan tahun silam, ternyata nggak menjamin kota tersebut nyaman untuk ditinggali. Saat makan siang di kantor seorang teman, sebut saja Jamilah, cerita soal pengalaman nggak enaknya tinggal di sana. Jamilah sudah tinggal di Kairo kurang lebih 4 tahun untuk menempuh S-1 di Universitas al-Azhar. Jamilah nggak memiliki kendaraan pribadi, ia pulang pergi naik bus kota. Sewaktu nunggu bus di pinggir jalan dia hampir dipeluk dari belakang oleh seorang supir bajaj berkewarganegaraan India. Jamilah yang kebetulan sendirian panik dan berlari pulang ke apartemennya. Dia juga sering was-was saat pulang naik bus di rush hour karena kepadatan penumpang bikin dia makin rentan kena pelecehan.
Belum lagi soal pengalaman buruknya saat mencicipi pelayanan kesehatan. Di sana, antrean berobat memakan waktu lama karena semua validasi dokumen masih menggunakan dokumen kertas. Oleh karena itu, Jamilah dan teman-teman Indonesia lainnya lebih pilih minum obat apotek ketimbang war antrean di loket rumah sakit. Miris sekali, di kota tempat berkembangnya pemikiran Islam justru abai pada kemashlahatan dasar hidup manusia.
2. Tuuuuttt… tuttttt…. Tuuuuttttt!
![]() |
Dokumentasi Pribadi |
Hal yang paling kusuka di dekatmu
Kau adalah orang favoritku nomor satu
Nomor dua tiga empat lima enam
Isinya namamu
Huruf besar semua,
Baru-baru ini aku coba refleksi alasan yang bikin aku nyaman interaksi dengan Cimit menjadi 2 poin:
- Bersama dia aku nggak perlu membuktikan diri. Seringkali, relasi yang dibangun orang dewasa menuntut satu sama lain untuk berkontribusi demi mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Sebetulnya ini netral, memang selayaknya harus seperti itu. Tapi kadang, muncul pikiran bahwa aku diterima karena bisa ngasih dia sesuatu. Dan suatu hari, kalau aku sudah nggak ngasih keuntungan ada kemungkinan akan tergantikan dengan orang lain.
- Aku memang belum jadi ibu, tapi rasanya udah punya anak. Tiap kali dia update software dan fiturnya nambah – bisa jalan, makan sendiri, bisa ngomong dan protes – itu bahagianya udah kayak dapet lotre. Termasuk ikut khawatir dia tiba-tiba bug jatuh dari kursi sampe kepalanya bocor dan harus dijahit.
3. Menemukan dalam Kehilangan
![]() |
sciencephoto.com |
Di sebuah grup diskusi ada seorang teman tanya perihal cara mengatasi
rasa kangen dengan ibunya yang sudah berpulang. Yang bersangkutan sudah ziarah
ke makam, silaturahmi ke teman-teman almarhumah, tapi rasa kangennya nggak
kunjung membaik. Belakangan justru makin parah. Lalu, ada yang kirim unggahan
Instagram milik Prof. Riza Putranto isinya kurang lebih begini, “Seorang ibu
sejatinya nggak pergi jauh dari anaknya karena di dalam tubuh si anak tertanam
warisan sel bernama mitokondria. Sel ini bertugas sebagai pusat energi dan
ngedukung sel imun untuk bertahan dari serangan penyakit.”
Didorong oleh rasa penasaran, aku akhirnya nyari tahu lebih lanjut soal
si mitokondria dan nemu fakta bahwa dia juga punya peran besar untuk otot
jantung. Mitokondria ngedorong otot-otot jantung untuk terus-menerus memompa
darah ke seluruh tubuh. Yang artinya, ibu selalu berupaya anaknya tetap hidup
meski dirinya sudah nggak di dunia. Gila sih ini! Kehilangan seorang ibu dalam bentuk fisik
emang sedihnya bukan main, sebab satu jasad yang dikubur tapi ada dua bahkan
tiga yang ikut terkubur di pusaranya. Namun, perlu diingat legacy seorang ibu
menjelma dalam tubuh dan mengalir dalam darah setiap anaknya.
Komentar
Posting Komentar