Selamat Hari Literasi Internasional



 Photo by Rhamely on Unsplash

Aku baru sadar kalau tanggal 8 September dirayakan sebagai Hari Literasi Internasional. Sependek yang aku tahu, literasi punya cakupan luas dan bukan hanya soal baca tulis. Menurut Gerakan Literasi Nasional yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, literasi memiliki enam dasar (baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya, dan kewargaan). Tapi, aku nggak akan bahas keenam poin ini secara serius. Sebab, bagiku literasi itu sesederhana buku-buku yang bikin aku nggak merasa sendirian.

Pertama kali jatuh cinta sama buku sewaktu kelas 7 SMP, nemu novel Negeri 5 Menara karyanya Ahmad Fuadi di atas lemari teman. Aku merasa terhubung dengan tokoh Alif dalam cerita karena sedang mengalami gedebak-gedebuk kehidupan di pesantren. Ada rasa senang karena punya dunia baru yang nggak bisa kudapat dari ngobrol dengan orang lain usai melahap habis novel 440 halaman dalam dua hari.  

Dulu setelah putus dari hubungan romantis sekitar  5 tahun, aku mengurung diri dengan baca buku kurang lebih satu semester. Kegiatan ini aku sematkan sebagai coping mechanism mengatasi kegagalanku membangun masa depan dengan seseorang. Meski isi bacaan nggak bisa terserap ke dalam otak, muncul kesadaran baru perihal apa-apa yang perlu dibenahi dalam diriku. 

Banyak orang beranggapan bahwa baca buku adalah hobi yang eksklusif dan cerminan intelektualitas individu. Hmm, aku kurang sepakat. Setiap hobi punya keunikan dan nggak ada hierarkinya. Buat fans MU, nonton kelakuan Onana yang blunder termasuk hiburan dan sarana mengasah kesabaran. Atau, rasa bangganya seorang pendaki yang berhasil dapet view sunrise di ketinggian tertentu. Jadi, aku nggak merasa istimewa karena hobi baca buku. Hanya saja, kegiatan isengku ini ternyata punya andil dalam character arc yang kumiliki. Misalnya aku bisa berdiri menggunakan sepatu orang lain untuk memandang masalah, membantu ngumpulin data dalam pengambilan keputusan, dan punya safest place yang dijadikan pelarian.

 Jadi, buatku literasi itu perayaan kecil-kecilan setiap kali aku mencium wangi kertas dalam buku. Dan harapannya, semoga lebih banyak orang berani coba baca buku biar hati dan jiwanya lebih terisi. Sebab, hidup makin hari makin sulit dihadapi. Dan kadang, halaman buku bisa jadi pelukan terhangat saat kita butuh.  


Komentar

Postingan Populer